Peluang Financial Technology di Wilayah Timur Indonesia

Leave a Comment
Sebenarnya financial technology sudah berkembang di Indonesia. Meskipun Indonesia termasuk negara berkembang, untuk urusan update teknologi, Indonesia cukup cepat menyerap. Namun, terkadang perkembangan itu masih terpusat di daerah tertentu yang menjadi pusat perekonomian yaitu Pulau Jawa. Pulau besar lainnya cenderung lambat menerima setiap update yang berasal dari luar negeri. Harus Jawa dulu yang update baru pulau lainnya. Apalagi wilayah timur seperti Sulawesi, Maluku atau pun Papua, mau bangun kereta aja sampai sekarang belum ada realisasinya.



  
Gambar 1. Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua

Financial technology sendiri memiliki 4 (empat) bentuk utama:
1. Deposit, Lending, Capital Raising: bentuk financial technology yang memudahkan masyarakat dalam melakukan pinjaman. Platform pinjaman dilakukan secara elektronik dengan verifikasi kelayakan menggunakan platform (atau menggunakan jasa market provisioning)
2. Market provisioning: bentuk financial technology yang mengumpulkan dan mengolah data menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen untuk pengambilann keputusan bisnis atau ekonomi. Perumpaannya bentuk ini seperti credit analyst yang ada di bank. Setiap informasi yang diperoleh akan sangat bermanfaat untuk memverifikasi para pengguna.
3. Investment & Risk Management: bentuk financial technology yang mengakomodir para trader. Jadi, bentuk ini merupakan platform online untuk jual beli aset keuangan seperti foreign exchange, saham, obligasi, dan aset lainnya, tanpa bantuan broker.
4. Payment, Clearing, & Settlement: bentuk optimalisasi perangkat mobile guna melakukan transaksi pembayaran seperti pembayaran di minimarket ataupun pembayaran tagihan rumah tangga (listrik, air, telepon, dan lain sebagainya).

Melihat bentuk-bentuk financial technology, kehadiran akses internet menjadi kebutuhan mutlak untuk menerapkan financial technology. Tidak hanya sekedar adanya akses internet, kecepatan akses yang stabil mutlak diperlukan mengingat aliran data dan pengguna yang saat ini sudah sangat besar. Kalau melihat secara wilayah, hanya Makassar yang saat ini sudah lebih advance dalam penggunaan financial technology. Kota Makassar sudah memiliki image sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, menjadikan Makassar sebagai salah satu destinasi pengembangan usaha termasuk financial technology. Hal ini ditandai dengan dicanangkannya smart city di kota ini dan hadirnya fasilitas transportasi online.

Wilayah timur Indonesia memang suka telat update teknologi. Pembangunan fiber optik saja baru sejak 2015 dapat digunakan masyarakat. Apalagi kondisi fiskal Indonesia terus menerus mengalami defisit, menyebabkan pemerintah harus berhemat agar kondisi keuangan negara stabil. Per Juni 2016 , defisit fiskal Indonesia mencapai Rp296,7 triliun atau 2,35% dari produk domestik bruto nasional. Untungnya sejak pemerintahan Jokowi, pembangunan di wilayah timur jauh lebih intens dibandingkan sebelumnya. Presiden Jokowi jadi lebih sering mengunjungi daerah-daerah terpencil di Indonesia sambil memantau perkembangan pembangunan. Paling tidak dengan ada kunjungan Presiden, pembangunan dapat terpacu agar penyelesaiannya lebih cepat.

Hadirnya transportasi online di wilayah timur Indonesia seperti Makassar, Balikpapan atau pun Manado memang tidak terlepas dari sudah tersedianya fiber optik yang melintasi berbagai kota di timur Indonesia. Namun, kehadiran fiber optik ini tidak terlepas dari kendala yang menghantui wilayah ini. Masih terbatasnya pembangunan di wilayah ini membuat pengetahuan dari masyarakat ataupun pemerintah terhadap daerah ini juga menjadi terbatas. Karakter wilayah dengan berbagai potensi risiko belum tereksplor secara rinci. Kejadian terakhir di Papua menunjukkan perancangan dari setiap pembangunan memang harus mengenal karakter wilayah tersebut agar jangan sampai menimbulkan risiko yang tinggi. Pada Juni 2016 lalu, jaringan fiber optik di Jayapura dan sekitarnya putus akibat aktivitas gunung berapi di bawah laut. Ternyata kejadian ini juga pernah terjadi pada tahun 2015 yang mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam menggunakan internet yang sudah terlanjur menjadi kebutuhan sehari-hari.

Sebenarnya kehadiran financial technology di wilayah timur Indonesia bisa menjadi solusi pengembangan ekonomi agar lebih inklusif. Dengan tingkat kerapatan penduduk yang rendah disertai kantor cabang yang terbatas, financial technology diperlukan bagi masyarakat yang berada jauh dari perkotaan. Financial technology dapat membantu pembiayaan di daerah terpencil yang kesulitan menuju perbankan yang jauh dari rumah. Apalagi masyarakat di wilayah ini tentu menginginkan fasilitas yang sama seperti masyarakat Jawa karena terpengaruh media yang banyak menyebarkan informasi yang ada di Jawa. Tentu saja ini menjadi pengembangan konsep dari branchless banking yang dicanangkan di pulau Jawa. Branchles banking yang tadinya bertujuan efisiensi terhadap biaya kantor cabang yang besar, dapat menyasar ke arah pengembangan akses keuangan ke daerah terpencil selama terdapat akses internet yang memadai.

Namun, pengembangan ke arah sana memang penuh dengan tantangan. Selain fiber optik yang terkadang tidak mencapai daerah yang terpencil, pengetahuan masyarakat terhadap teknologi juga masih terbatas. Terlebih dengan fasilitas yang masih terbatas, masyarakat wilayah timur Indonesia memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah dibandingkan masyarakat di pulau Jawa. Hal ini menyebabkan potensi-potensi fraud dapat dengan mudah terjadi seiiring perkembangan teknologi. Di samping permasalahan infrastruktur dan sumber daya manusia, permalasahan lain dalam pengembangan financial technology di wilayah timur Indonesia yaitu minimnya inovasi dan kreativitas. Tidak dapat dipungkiri berkembangnya teknologi merupakan buah pemikiran dari orang-orang yang kreatif nan inovatif. Penerapan financial technology pun memerlukan ide-ide kreatif agar tidak sekedar digunakan untuk kegiatan konsumtif tapi juga harus dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah demi kesejahteraan masyarakat.

Manusiawi jika masyarakat wilayah timur ingin memiliki fasilitas yang sama dengan di pulau Jawa. Toh, presiden yang sekarang punya perhatian khusus terhadap daerah ini sehingga memunculkan harapan bahwa mereka dapat memperbaiki perekonomian yang ada saat ini. Mereka ingin menjadi masyarakat yang modern mampu memperoleh informasi, barang dan jasa secara cepat. Namun, beberapa hal harus dibenahi sebelum menjadi wilayah yang benar-benar mampu mengakomodasi semua kebutuhan masyarakatnya. Pertama, kualitas sumber daya manusia harus diperbaiki. Tidak hanya perbaikan dengan pembangunan sekolah kejuruan tetapi perbaikan kualitas sejak dini. Perbaikan struktural mutlak dilakukan secara akhlak, perilaku dan intelegensia agar menciptakan manusia-manusia yang berperan lebih dalam pembangunan. Kedua, pembangunan infrastruktur harus secara konsisten dilakukan. Pembangunan infrastuktur yang memperhatikan karakter wilayahnya dan dirancang tata ruangnya. Infrastruktur yang dibangun harus direncanakan baik dari segi fungsi maupun tata letaknya agar jangan sampai hanya membangun tanpa melihat estetika pembangunan. Ketiga, koordinasi antar instansi pemangku kebijakan harus terjalin dengan baik. Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Perbankan, Pemerintah Daerah, dan lainnya harus duduk bersama untuk membuat kebijakan yang sesuai karakter daerah. Akan sangat berbeda kebijakan yang dibangun antara pulau Jawa dan wilayah timur Indonesia dimana pada wilayah timur akan banyak ditemui daerai perbukitan ataupun daerah yang belum dibangun jalan aspal.


Bank Indonesia sendiri merespon berkembangnya financial technology dengan berupaya membuat berbagai regulasi. Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran, berupaya agar sistem pembayaran dapat berlangsung secara aman dan nyaman bagi masyarakat. Hal ini disebabkan financial technology berpotensi menimbulkan banyak risiko terutama di wilayah timur Indonesia seperti masalah gagal bayar, likuiditas yang terbatas, gagal transaksi akibat jaringan internet yang kurang baik, maupun kebobolan sistem dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Bank Indonesia dapat berperan dalam perlindungan konsumen dengan memanfaatkan kantor perwakilan yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia. Selain itu, pengembangan sistem pembayaran terus dilakukan untuk mengakomodasi segala kebutuhan masyarakat baik di daerah perkotaan atau pun masyarakat di wilayah timur Indonesia agar sistem berjalan aman, efektif, dan efisien. Bank Indonesia memang tidak dapat sendiri dalam menjaga keamanan dan kenyamanan sistem pembayaran. Selain dari para pemangku kebijakan, peran dari masyarakat sendiri diperlukan agar mendapat masukan pengembangan financial technology yang semakin baik.

0 comments :

Post a Comment