Beberapa waktu lalu seorang teman dekat share sebuah tulisan di blog mengenai sejarah uang. Sejarah bagaimana awalnya terciptanya uang yang selama ini kita gunakan. Hanya saja sang penulis menceritakan dalam bentuk dongeng. Walaupun ternyata dalam blog tersebut banyak sekali tulisan-tulisan mengenai uang yang beliau kutip dari buku-buku bernilai historis. Terlepas dari sejarah itu benar atau tidak (mengingat zaman sekarang memang sulit membedakan siapa yang benar dan salah), dongeng yang disajikan sangat menarik dan sederhana namun dapat membuka mata bagi siapa pun yang membacanya. Bahkan setelah membaca blog tersebut, gue akhirnya menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan aneh yang ada di benak gue selama ini seperti:
1. Kenapa Indonesia dan negara-negara lain yang kaya sumber daya alam memiliki penduduk yang lebih tidak sejahtera dibandingkan negara Eropa atau Amerika? Padahal negara-negara Barat, mau numbuhin pohon aja susah mengingat tanah yang kurang subur.
2. Kenapa sulitnya mencari pekerjaan di zaman sekarang dibandingkan dengan zaman nyokap bokap? Kebanyakan lowongan cuma di bank dan teman-temannya.
3. KENAPA BENG-BENG DENGAN HARGA SEKARANG YANG LEBIH MAHAL TAPI KEMASANNYA LEBIH KECIL?
Sedikit gue ceritakan dongeng yang gue baca. Tiga orang pemuda terdampar di sebuah pulau yang jauh darimana-mana. Namun, ketiga orang ini punya keahlian masing-masing. Si A merupakan ahli perkebunan. Si B merupakan ahli kehutanan. Si C merupakan ahli perikanan. Jadilah mereka hidup di pulau itu dengan mengembangkan keahlian masing-masing. Di saat kebutuhan yang memang beragam, mereka akan bertukar hasil dari jerih payah mereka. Namun, beberapa kali mereka sangat kesulitan dengan sistem barter ini. Karena kadang ada yang merasa yang ditukar tidak sebanding dengan jerih payah yang telah dikerjakan.
Sebut saja si D, seorang yang dianggap ahli ekonomi berkeliling lautan mencari penghidupan. Terlihatlah pulau yang dihuni A, B, dan C. Si D mampir ke pulau ini dan memperhatikan kesulitan ketiga orang ini dalam bertransaksi. Si D menawarkan uang sebagai pengganti sistem barter. Si D mengatakan bahwa dia memiliki emas dalam kotak kayu yang dia bawa. Karena emas merupakan benda paling berharga dibanding apa pun yang ada di pulau ini maka si D bersedia menjadi solusi dalam transaksi. D menawarkan agar bertransaksi menggunakan uang yang ia bawa. Dia meminjamkan uang tersebut kepada ketiga orang tersebut masing-masing $100 untuk digunakan bertransaksi. Namun, D meminta tambahan $5 setahun pada saat pengembalian.
A, B, C sangat senang menggunakan uang. Mereka merasa lebih mudah dalam bertransaksi. $5 dalam setahun mereka anggap sangat kecil. Yang penting sekarang sudah ada standar dalam memudahkan transaksi mereka.
Pada awalnya mereka mampu mengembalikan uang yang dipinjam dengan mudah. Toh, mereka bertransaksi dengan rutin. Sehingga dapat memperoleh uang. Namun, lama-kelamaan mereka kesulitan dalam mengembalikan uang terutama bunganya. Karena kalau dirunut ulang sebenarnya $5 itu tidak pernah ada dalam perputaran transaksi A, B , dan C dimana uang hanya bersumber dari D. Jadi kalau ditotal jumlah uang yang diberikan $300 sementara mereka harus memberikan $315. $15 ini akan semakin bertambah setiap tahun tanpa pernah bisa dibayar oleh sang peminjam. Dalam arti lain mustahil bisa mengembalikan $15 itu. Sehingga karena mereka tidak bisa membayar hutang, aset-aset mereka yang telah diolah dengan susah payah dengan terpaksa diberikan ke D sebagai ganti dari hutang.
Ilustrasi singkat di atas mudah-mudahan mudah dimengerti, iya mudah-mudahan. Karena sesungguhnya gue paling gak jago bikin dongeng. Nah, di dunia nyata si D merupakan representasi dari Bank Sentral (Bank Dunia) dan IMF dimana Bank Dunia punya cabang di masing-masing negara dan Bank Sentral negara punya cabang melalui bank-bank pemerintah dan swasta yang "membagikan" uang kepada masyarakat. Jadi, pertanyaan tersebut terjawab dengan mudah. Indonesia dan negara-negara agraris akan menjadi incaran negara pencipta uang sehingga bisa menguasai sumber daya alam. Kemudian hutang yang tidak terbayar sudah menumpuk mulai dari awal millenium ke 3. Negara peminjam pun tidak dapat berbuat apa-apa selain melakukan penghematan di berbagai lini.
0 comments :
Post a Comment