Sepakbola Itu Beda Sendiri

Leave a Comment

 Gue bukan penggemar fanatik buat sepakbola apalagi ngegila-gilain suatu klub sepakbola yang ampe bunuh orang cuma gara-gara tim kesayangan kalah. Tapi gue selalu mengikuti perkembangan sepakbola sejak gw SD, tepatnya piala dunia 1998 di Perancis. Karena melihat animo masyarakat di seluruh dunia terhadap sepakbola sangat tinggi, jadinya gue menganggap pengetahuan tentang sepakbola itu penting. Sekalipun begitu gue tetep punya klub favorit, tapi ya gak ampe bela-belain mati-matian juga. Karena gue memantau sepakbola dari 1998, maka yang menjadi favorit gue jelas yang bagus saat itu dan gue meyakini tetap bagus di masa depan (....). Melihat banyak klub saat itu memang Manchester United (MU) dan Bayern Muenchen sangat menonjol di level klub.
Mengingat keduanya berhasil mencapai final liga champions dan menyajikan final yang luar biasa dramatis dan selalu dikenan sampai saat ini.
Dengan 2 gol di masa injury time, MU berhasil mengalahkan Bayern Muenchen dengan skor 2-1. Ryan Giggs jadi pemain favorit gue waktu itu (ampe sekarang sih). Soalnya dia paling keliatan konsisten. Apalagi dia jadi pemain terbaik di Piala Interkontinental yang mempertemukan juara Eropa dengan juara Amerika Selatan. Saat itu, MU bertemu juara Libertadores asal Brazil, Palmeiras.


Untuk liga Italy, AC Parma menjadi klub favorit gue. Agak bingung juga kenapa ini klub jadi favorit gue, jadi juara Serie-A aja gak pernah, ampe sekarang. Tapi saat itu AC Parma juara Piala UEFA mengalahkan tim favorit mantan juara liga champions, Olympique Marseille dengan skor telak 3-0. Klub ini memang belum pernah juara serie-A, tapi menjadi klub yang disegani selama dekade 90an dan menjadi salah satu favorit yang bisa mengalahkan klub-klub Italy yang lebih besar seperti Juventus, Inter Milan, atau AC Milan. Selain prestasi di kejuaraan Eropa, yang paling gue sukai dari klub ini adalah banyaknya pemain yang tadinya biasa saja menjadi pemain besar setelah bermain di klub ini. Keuangan yang biasa saja membuat klub ini sangat jarang membeli pemain mahal. Tapi kebanyakan pemain yang dijual dari klub ini menjadi pemain yang sangat mahal. Sebut saja Hernan Crespo yang pernah menjadi pemain termahal di dunia ketika Parma menjualnya ke Lazio. Belum lagi bek Lilian Thuram yang berhasil membawa Perancis juara dunia 1998. Ada lagi Gianluigi Buffon, yang merupakan salah satu penjaga gawang terbaik di dunia yang dijual ke Juventus sebagai kiper termahal di dunia. Terus ada Fabio Cannavaro yang merupakan pemain terbaik dunia 2006.

Gue suka dengan klub yang memang mengandalkan kerja sama tim, dimana kebanyakan pemain memang dibentuk dari latihan atau akademinya. Dengan kualitas individu yang sebenarnya biasanya saja namun didukung dengan kerja sama tim yang oke, kebanyakan sebuah klub bisa meraih sukses. Seperti misalnya dulu di Inggris ada klub Leeds United. Hanya saja pengelolaan klub yang kurang baik membuat prestasi klub ini jauh menurun. Padahal dulu klub ini memiliki pemain-pemain muda berbakat yang banyak mengisi skuat tim nasional Inggris. Salah satu pemainnya yaitu Rio Ferdinand yang menjadi pilar utama MU.

Euforia sekarang sangat berbeda dengan pada saat awal gue mulai mengikuti perkembangan sepakbola. Sekarang sebuah klub sudah menjadi lahan bisnis yang menggiurkan buat para investor. Sebuah klub yang memiliki investor yang tajir dapat membeli banyak pemain dengan harga yang selangit plus gaji pemain yang tinggi. Walaupun saat ini beberapa akademi sepakbola seperti Barcelona dan Arsenal masih dapat menghasilkan pemain berkualitas.  Di akhir 90-an, sepakbola banyak mengandalkan kualitas tim yang ada yang dan banyak mengambil dari akademi sepakbolanya. Masih ingat akademi MU angkatan 92 yang benar-benar menjadi setan merah sesuai julukannya di tahun 1999 dengan merebut treble winners. Atau tim kecil seperti Parma yang berhasil membentuk sebuah tim yang biasa berkutat di level bawah menjadi tim yang menakutkan di Italy dan Eropa. Bandingkan dengan klub-klub sekarang yang banyak mengandalkan uang. Satu tim dapat memiliki individu kelas wahid di setiap posisinya. Ini terjadi pada klub-klub seperti Chelsea, Manchester City, Real Madrid, ataupun Paris St.Germain.

Dengan hegemoni yang sangat merata di seluruh dunia membuat sepakbola sangat umum disukai setiap manusia baik pria maupun wanita. Padahal jika melirik dari segi prestasi untuk sebuah negara sepakbola tidaklah terlalu berperan dalam pesta olahraga terbesar di dunia yaitu Olimpiade. Dengan 23 orang dalam sebuah tim negara yang berpartisipasi dalam sepakbola Olimpiade, itu tidak terasa terlalu bermakna karena hanya memperebutkan satu medali emas. Hegemoni yang berbeda terasa di cabang lain seperti atletik atau renang dimana satu orang bisa mendapatkan lebih dari 1 emas dan tentunya juga menyumbang lebih banyak medali untuk negaranya. Secara prestasi memang sepakbola kalah jauh di Olimpiade tapi melihat prestise yang sangat luar biasa membuat cabang olahraga ini masih tetap banyak peminatnya.




0 comments :

Post a Comment