Penyebab Kemacetan Jakarta

2 comments
Iseng aja sih pengen nulis. Sebenernya pengen nulis yang fiktif atau minimal agak fiktif gitu. Eh gak taunya susah banget. Baru satu tulisan doank, itu pun mikirnya udah kayak kuliah 8 tahun. Ya walaupun tulisan ini lebih bersifat informatif, anggep aja gue lagi cerita.

Udah dari tahun 2009 gue banyak berkutat di Jakarta. Udah rezekinya di sini kali ya. Dari awalnya bolak-balik Bogor-Jakarta ampe akhirnya ngekos di Jakarta. Intinya sih kemacetan itu sumbernya hampir sama di setiap daerahnya di Indonesia. Hanya saja karena perekonomian terlalu berpusat di Jakarta, jadinya segala jenis sumber kemacetan ada di Jakarta. Kemacetan pada saat jam pulang kerja biasanya lebih parah dibandingkan pada saat jam berangkat kerja. Hal ini disebabkan pada saat jam berangkat kerja, para pengusaha (atau yang lebih banyak di rumah) masih berada di rumah, jadi jalanan hanya fokus untuk yang berangkat kerja dan sekolah (mall belum buka). Sementara pada saat jam pulang kerja, hampir semua manusia Jakarta dan sekitarnya berada di jalan, ntah mau pulang menuju rumah, mau ke mall, pulang belanja, atau pulang jalan-jalan.

Daerah-daerah yang menuju ke daerah pemukiman menjadi sasaran empuk buat si macet. Daerah slipi buat yang mau ke daerah Tangerang. Daerah Ciputat yang memang banyak pemukiman. Daerah Pulo Gadung dan Cawang, untuk yang tinggal di daerah Bekasi. Tapi daerah yang menurut gue the best of macet itu adalah Bunderan Semanggi. Saking rajinnya macet gue nyebutnya Bunderan 'Setan'gi. Karena hampir semua tujuan dari dan menuju Jakarta bisa melewati Semanggi.

1. Lampu lalu lintas

Atau masyarakat pada umumnya mengenal dengan sebutan lampu merah. Kebanyakan yang gue lihat memang lama waktu merah dan hijau terlihat kurang efektif. Jadinya, tiap lampu lalu lintas memang harus diteliti lebih lanjut mengenai waktu lampu hijau dan merah. Sehingga bisa menampung banyaknya kendaraan yang lewat dimana tiap daerah beda-beda. Tak jarang terjadi dead-lock di lampu lalu lintas dimana kondisi lampu merah dan hijau sudah tidak berpengaruh karena udah gak bisa gerak.

2. Pasar tradisional

Sebagai masyarakat negara berkembang, rasanya pasar tradisional emang dibutuhin banget. Makanya tiap hari juga rame apalagi kalo wiken. Semrawutnya pasar tradisional kita ditambah parkiran kendaraan yang tidak sesuai pada tempatnya, membuat lalu lintas sekitar pasar biasanya mengalami kemacetan yang luar biasa.

3. Gerbang tol

Di Jakarta terdapat tol utama yang melewati pusat perkotaan yang dinamakan tol dalam kota. Nah, biasanya memang kemacetan paling sering terjadi akibat gerbang tol ini ya di tol dalam kota. Gimana gak macet. Jalan non-tol nya aja udah macet ditambah lagi ada antrian masuk dan keluar dari gerbang tol. Sistem pembayaran yang belum optimal membuat antrian pada saat masuk gerbang tol panjang. Sedangkan posisi gerbang keluar tol yang kurang efisien membuat terhambatnya kendaraan yang berada di luar tol.

4. Hujan

Udah biasa terjadi kalo hujan memang menyebabkan macet. Kendaraan melambat di saat hujan sehingga kendaraan bisa menumpuk. Belum lagi para pengendara motor yang biasanya berhenti di bawah jembatan atau underpass sehingga jalur kendaraan makin sempit.

5. Penyempitan jalan

Ntah jalanan harus ditata ulang atau memang sudah takdirnya seperti itu. Karena pada dasarnya ketika jalanan dari 4 jalur menjadi 2 jalur akan menyebabkan kepadatan yang cukup berarti.Biasanya masyarakat tidak menyadari penyebab kemacetan ini. Karena memang gak keliatan yang nyebabin macet apaan. Dan setelah penyempitan jalanan lancar jaya.

6. Angkutan umum

Angkot, kopaja, metromini, bus-bus umum, ojek, taksi, ampe bajaj kerap membuat Jakarta seperti makin ruwet. Karena emang udah kodratnya mereka untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Tak jarang bisa menimbulkan kecelakaan. Belum lagi yang ngetem (yang ini dilarang nih!!).

7. Perilaku masyarakat

Faktor ini gue taro terakhir karena memang paling krusial. Masyarakat itu bukan hanya sekedar pengguna jalan tapi juga penertib jalan semisal polisi lalu lintas. Paling gak kalo perilaku pengguna jalannya baik, mematuhi peraturan yang ada macet itu bisa diminimalisir. Nah, faktor paling penting adalah penertib jalannya. Bila penertib ini tegas, harusnya sih kemacetan sangat..sangat..sangat.. minim terjadi di Jakarta. Gue pernah membaca tentang hal-hal yang harus ada dalam hukum yaitu, hukumnya, objek hukum, dan penegak hukum. Jadi ketika suatu aturan hanya tertulis di hukumnya tapi si objek hukum tidak menjalankan maka penegak hukum haruslah tegas dan tanpa pandang bulu dalam menegakkan. Sekecil apa pun pelanggaran yang terjadi. Demi terciptanya ketertiban hukum.



2 comments :

  1. Artikel menarik tentang penyebab macet di jakarta, ternyata penyebabnya kompleks banget

    terimakasih telah memberikan wawasan

    ReplyDelete
    Replies
    1. masih sekedar menganalisis. pasti susah mencakup semua penyebab.

      Delete