Antara PNS, Swasta, BUMN, Wirausaha, atau Pengajar

Leave a Comment
Entah hal ini berlaku untuk setiap manusia di seluruh dunia atau cuma di Indonesia aja. Tapi yang gue rasain, hal ini sukses membuat gue bener-bener pusing ampe keliling-keliling bunderan HI. Memilih untuk kerja apa setelah kuliah itu jauh lebih ribet dan lebih pedes rasanya dibanding memilih jurusan yang akan diambil setelah SMA kelar. Ini semacam benang yang makin kusut kalau seandainya dari SMA udah gak tepat milih jurusan. Tapi ada yang bilang apa pun pilihan anda, ya gapapa :D, jalanin aja gitu maksudnya. Agak absurd juga sih ketika SMA loe millih jurusan IPS terus kuliah ngambil Seni Bela Diri.

Pada saat masa akhir kesenangan loe di SMA akan berakhir, mulai berpikir dan pasti banyak yang nanya, mau kuliah dimana dan ngambil jurusan apa. Biasanya sih masih bisa kejawab dengan sempurna, karena peran guru ngarahin anaknya biasanya bagus. Nah, di masa akhir kekelaman dunia kuliah juga pasti gitu, cuma agak lebih parah. Pertanyaan yang akan muncul akan seperti ini, abis kuliah mau langsung kerja, atau mau ngelanjutin kuliah lagi , atau mau langsung kawin. Kalau soal kawin agak beda sih urusannya, itu lebih ke arah hubungan intim. Nah, kalau mau kuliah lagi pasti mikirnya, duit darimana kalau gak dapet beasiswa. Dan secara umum sih, abis S1 yang buat orang Indonesia cukup menguras kantong dan rekening, lebih banyak yang langsung mencari kerja.

Yang memang doyan mengajar dan memang mungkin dari kecil hobby ngajarin kucingnya buat pipis di toilet, biasanya akan segera ambil langkah yang mengarah ke sana. Di Indonesia banyak beasiswa untuk jalur ini. Jadinya sambil menyelam terus kelelep gitu. Bisa lanjut S2 dan langsung kerja dengan mengajar. Tapi dengan kurangnya penghargaan pemerintah terhadap para pengajar ini, membuat beberapa kalangan yang bahkan udah bisa membuat kucingnya cebok sendiri pun, mengurungkan niat buat jadi pengajar.

Paradigma yang beredar di masyarakat, banyak yang menganjurkan untuk bekerja sebagai PNS, Pegawai Negeri Santai eh Sipil maksudnya. Ya pekerjaan ini sama mulianya dengan pengajar karena harus mengabdi kepada negeri tercintah sepenuh hati. Banyak yang menganjurkan masuk PNS karena anggapan bahwa PNS itu pressurenya rendah dan cenderung aman, tidak ada pemecatan. Bahkan orang tua gue pun menganjurkan untuk masuk PNS. Memang logis sih, lebih mudah suatu perusahaan untuk bangkrut dibandingkan dengan negara bangkrut. Jumlah lowongan yang terbatas dan proses seleksi yang banyak membuat PNS makin terlihat elegan (uhuk). Karenanya banyak orang yang makin penasaran buat masuk PNS.

Pekerjaan yang paling banyak yang ada itu biasanya bekerja sebagai karyawan di perusahaan. Bisa di perusahaan milik swasta atau pun perusahaan yang dimiliki pemerintah yang biasa disebut BUMN. Katanya sih posisi di BUMN sama amannya dengan PNS hanya ditambah pressure sehingga bisa memperoleh gaji yang lebih besar dibanding PNS. Nah di perusahaan swasta paling ekstrem. Karena sangat random sekali di swasta itu. Loe bisa dapet gaji yang kecil dengan pressure besar tapi loe punya peluang yang besar juga untuk mendapat gaji yang besar. Banyak yang cukup malas untuk bekerja di swasta karena masalah pressure yang agak keterlaluan ditambah lagi untuk naik jabatan sulit karena kemampuan loe biasa-biasa aja dan gak punya kenalan siapa pun.

Beda lagi dengan wirausaha. Saat ini lagi ngetrennya tuh wirausaha. Memang peluang paling besar untuk menghasilkan penghasilan tak terbatas ya menjadi wirausaha. Tapi jangan anggep enteng wirausaha. Karena walau dari luar tidak terlihat adanya pressure yang tinggi yang biasa karyawan dapet dari bosnya, tapi banyak juga pressure-pressure yang lain yang tidak ada ketika menjadi karyawan.

Dari sekian banyak kombinasi, menurut gue gak ada yang paling bagus atau pun paling jelek. Mungkin banyak yang bilang, wirausaha aja biar duidnya banyak. Ya kalau bisa wirausaha, kalau enggak gimana. Apapun pilihan yang diambil, semua ada lebih dan kurang, termasuk memilih kawin. Misalnya ya untuk PNS. Kelebihannya pressure rendah, gaji tetap, peluang untuk dipecat hampir nihil, tinggal diem tiba-tiba naek golongan, dan lingkungan juga nyaman. Tapi itu kan katanya. Toh beberapa rekan gue yang di PNS mengatakan tidak seperti itu. Beberapa kementerian pressurenya tinggi dan load pekerjaan cukup menguras bak mandi walaupun dengan imbalan yang memang lebih besar. Ada lagi yang saking idealisnya merasa tidak nyaman dengan jenis pekerjaan seperti PNS. Beliau ini merasa tidak enak karena tiap tahun harus membuat-buat kegiatan agar anggaran cepat terserap sementara gaji juga seperti bukan hasil kerjanya sendiri. Seperti yang kita ketahui sumber pendanaan gaji buat PNS berasal dari anggaran pemerintah yang bersumber dari pajak rakyat dan pinjaman luar negeri. Katanya lebih enak kerja di perusahaan, mendapat uang sesuai hasil kerja. Tapi toh ini cuma katanya lagi. Beda lagi di perusahaan BUMN. Pressure lebih tinggi dengan imbalan lebih baik pula. Namun, untuk naik jabatan katanya sih sulit. Karena butuh waktu yang cukup lama. Kalau di perusahaan swasta, katanya sih cocok buat orang yang kreatif. Di swasta bisa naik dengan cepat jika mampu beradaptasi dengan baik tapi bisa juga gaji gak naek-naek walaupun udah punya cucu.

Intinya sih kalau masalah gaji kecil atau gede mah gak masalah.Yang penting kan cukup, cukup beli rumah, cukup beli mobil, cukup beli emas, cukup beli berlian, cukup beli helikopter ama kapal pesiar. Toh, setiap pekerjaan ada kelebihan dan kekurangan. Tergantung mana yang sesuai dengan kepribadian, minat, bakat, dan keinginan masing-masing.

0 comments :

Post a Comment