Cet,, Macet Jakarta.. (--,)

Gue mulai nyicipin Jakarta itu tahun 2007, waktu itu ada survey pilkada Jakarta, yang menang si Foke itu loh. Setelah lulus, 2009, hidup gue seperti sudah melekat dengan Jakarta. Mulai kerja itu sekitar akhir 2009. Tanpa kendaraan pribadi, jadinya memanfaatkan fasilitas kendaraan umum yang ada. KRL, angkot, trans jakarta, kopaja, metromini, bus patas, ojek, ampe bajaj udah gw cicipin semua. Pertama kali sih kalo gak salah gue ke daerah Gondangdia, trus berikutnya Sudirman. Daerah kekuasaan gue (artinya daerah yang udah gue kasih tanda cakaran), lebih di daerah Sudirman - Gatot Subroto.

Sudah tiga tahunan gue tinggal di Jakarta, hidup ngekos. Gue dan sebagian besar warga yang menggunakan Jakarta sehari-harinya pasti merasakan bahwa 2012 macetnya Jakarta jauh dibanding 2009. Awal ngekos gue di daerah Karet, Sudirman. Tahun 2010 sih kayaknya gak pernah macet tidak bergerak di daerah itu. Sekarang kalau rute dari dukuh atas menuju karet menggunakan metromini, bisa ampe setengah jam. Bahkan gue pernah ampe SEJAM!, ini kejadiannya pas bulan puasa. Sampai akhirnya gue beli motor, ngaruhnya dikit sih, tapi lumayan bisa nyelip-nyelip.

Yang gue rasakan sih, untuk saat ini kondisi macet pada saat pulang kerja itu jauh melebihi saat berangkat kerja. Contoh sekarang gue kalau berangkat kerja cuma 10 menit, tapi kalau pulang rata-rata gue ampe setengah jam. Kalau melihat polanya, Jakarta di kala pagi hari atau jam berangkat kerja hanya sedikit titik kemacetannya. Yang gue tau beberapa titik di antaranya Kampung Melayu menuju Casablanca dan tol dalam kota dari cawang menuju semanggi. Selebihnya masih bisa di kebut dengan 90km/jam. Sementara kalau jam pulang kerja titik kemacetan merata di setiap wilayah. Bunderan semanggi udah pasti macet. Dukuh atas menuju karet  menjadi sulit bergerak cuma gara-gara pejabat pengen pulang atau kencan. Slipi bawah udah gak keruan karena kebanyakan kendaraan yang lewat, bisa macet ampe Slipi Jaya. Belum lagi dari arah semanggi menuju cawang, baik tol dalam kota maupun jalur arteri (jalur tempat karbondioksida lewat) itu bikin emosi. Casablanca - Kampung Melayu bisa gak bergerak untuk kedua arahnya. Belum lagi daerah Tomang yang lampu merahnya bisa ampe 3 menit.

Gak tau salahnya dimana dan salah siapa. Tapi seharusnya kalau masalah yang sudah besar dan menjadi keseharian seperti ini, hanya tergantung dari perilaku dan attitude bagi semua elemen. Baik itu pemerintah daerah, pusat, swasta, maupun warga biasa ataupun bahkan bisa orang yang cuma lewat doank. Kalau semuanya tidak mementingkan kepentingan pribadi atau golongan tertentu (PPKN  banget) dan mau berpikir cerdas, paling gak gue pulang ke kosan bisa cuma 10 menit.
Fin.