'Generasi Emas Belgia? Nanti Dulu..'

Leave a Comment

Tim nasional Belgia kini dipenuhi oleh pemain-pemain yang dinilai punya potensi bagus. Apakah ini Generasi Emas untuk timnas Belgia? Nanti dulu.

Dalam artikelnya di ESPN beberapa waktu lalu, Jonathan Wilson, penulis sepakbola yang terkenal dengan Inverting the Pyramid: A History of Football Tactics, menulis bahwa Belgia kini seperti Slovenia pada awal 2000-an. Ketika itu timnas Slovenia, dengan Zlatko Zahovic-nya, memang tengah naik daun. "Tiba-tiba (pemain) Slovenia menjadi seperti pashmina (semacam syal wool), semua orang harus memilikinya," tulis Wilson.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, Wilson ingin mengatakan bahwa punya pemain Slovenia di dalam tim adalah sebuah tren. Tak jauh dari Belgia seperti saat ini. Sebagai contoh, lihat saja ada berapa pemain mereka di Premier League. Chelsea punya Thibaut Courtois, Kevin De Bruyne, dan Romelu Lukaku, yang kini tengah dipinjamkan ke klub lain. Sementara di tim utama ada Eden Hazard. Ini masih ditambah Moussa Dembele dan Jan Vertonghen di Tottenham Hotspur, Marouane Fellaini dan Kevin Mirallas --si pencetak 34 gol dalam dua musim bersama Olympiacos-- di Everton, Thomas Vermaelen di Arsenal, serta Vincent Kompany di Manchester City.

Dembele belakangan naik daun atas performa impresifnya di lini tengah Fulham, sebelum hijrah ke Spurs. Demikian pula dengan Hazard yang ngebut di tiga pertandingan pertama Premier League. Kompany? Dia adalah kapten City. Ia punya peran penting di lini belakang dan terbukti punya kharisma sebagai pemimpin dengan pembawaannya yang tenang. Selain itu, dia jugalah yang jadi penentu kemenangan The Citizens atas Manchester United dalam salah satu duel penentu pada perburuan gelar.

Daftar nama itu masih ditambah lagi; ada Toby Alderweireld yang menjadi tandem sehati Vertonghen ketika membawa Ajax Amsterdam menjuarai Eredivisie dua musim belakangan--tanpa mengecilkan Kompany, Alderweireld dan Vertonghen juga bisa jadi pilihan Marc Wilmots untuk menjadi tandem bek tengah, membuat Vermaelen digeser ke bek kiri seperti biasa. Plus, masih ada sejumlah nama yang kerap mendapatkan ponten bagus seperti Axel Witsel, Steven Defour, Dries Mertens, dan kiper lainnya, Simon Mignolet.

Tapi, hype dan segala gebyar-gebyarnya tak akan berarti jika tak ada hasil sama sekali. "Harga dan potensi tak akan ada artinya sama sekali," ucap Kompany di Telegraph.

Portugal dulu juga punya Generasi Emas, kala mereka memenangi FIFA Youth Championships pada 1989 dan 1991. Nama-nama yang ada di dalam skuat itu sungguh menggiurkan; Vitor Baia, Sergio Conceicao, Luis Figo, Manuel Rui Costa, Paulo Sousa, Fernando Couto, Nuno Gomes, hingga Abel Xavier. Beberapa di antara mereka tenar di level klub, menjadi legenda, dan bergelimang gelar. Tapi, di level internasional? Nihil. Generasi Emas Portugal akhirnya pensiun satu per satu dari timnas tanpa pernah menyumbang gelar.

Masih ada contoh Generasi Emas lainnya, seperti juga yang dimiliki Inggris kala masih dilatih Sven Goran Eriksson. The Three Lions sempat punya permainan yang dilabeli pass and move dengan nama-nama seperti David Beckham, Rio Ferdinand, John Terry, Steven Gerrard, Gary Neville, Ashley Cole, dan Paul Scholes. Beberapa di antara nama itu sudah pensiun atau tidak dipanggil lagi. Inggris pun masih nihil prestasi, kendati yang tersisa dari sana masih berusaha mengais dan mengklaim kejayaan.

Jauh-jauh hari ketika media di Eropa mulai mengapungkan isu mengenai Generasi Emas ini, Hazard sudah pasang sikap waspada. Dia mengakui bahwa negaranya punya skuat yang oke dan menjanjikan. Tapi, semua itu tak akan ada artinya jika mereka gagal lolos ke Piala Dunia 2014. "Kami tahu bahwa kami punya talenta, tapi kami harus menunjukkannya dengan hasil."

Kapan terakhir kali Belgia lolos ke Piala Dunia? 2002. Setelahnya mereka selalu gagal melangkah dari babak kualifikasi. Pada kualifikasi Piala Dunia 2010, Belgia finis di posisi empat klasemen Grup 5, berada di bawah Spanyol, Bosnia dan Herzegovina, dan Turki. Dari 10 pertandingan, mereka hanya menang tiga kali.

Kali ini, Belgia tergabung di Grup A yang berisikan Wales, Kroasia, Serbia, Skotlandia, dan Makedonia. Tergabung dengan grup yang seperti itu membuat Kompany dan rekan-rekannya menjadi lebih optimistis. Tetapi, seperti koin yang memiliki dua sisi, grup yang terlihat mudah itu juga berpotensi menghadirkan kejutan.

"Kami berada di klub di mana, untuk pertama kalinya, kami mendapatkan kesempatan untuk berkompetisi menempati posisi pertama. Tapi, bisa saja tim-tim di sini hanya memiliki perbedaan kecil, di antara tim posisi pertama dan keempat. Kualitasnya nyaris sama rata dan tantangan kami di depan begitu besar," katanya.

Ujian pertama Belgia datang dari Wales, Jumat (7/9/2012), yang uniknya, juga punya rasa percaya diri pada nama-nama seperti Joe Allen, Aaron Ramsey, dan Gareth Bale. Siapa yang punya pemain-pemain lebih potensial dari kedua tim silakan nilai sendiri. Tapi, manajer Wales, Chris Coleman, juga memilih untuk bersikap sama; kalem, belum ada hasil apa-apa yang diraih.

"Kami belum mendapatkan apa-apa. Tapi, orang-orang sudah mulai berbicara soal Generasi Emas."

ditulis oleh: Rossi Finza Noor dalam detikSport

0 comments :

Post a Comment