Mencoba Menerka Ide "Nyeleneh" Batman The Dark Knight Rises

2 comments

Ini bukan resensi film, karena saya tidak akan menuliskan ringkasan cerita film ini. Tulisan ini pun rasanya ditujukan kepada yang sudah menonton, karena bagi yang belum tentu akan sulit mengikuti poin dan maksud tulisan saya. Artikel ini cuma sekedar mencoba menerka ide apa sih yang tefikir oleh Christopher Nolan - sang sutradara? Awas spoiler! :)
Bagi saya, film terakhir dari trilogi Batman versi Nolan ini berakhir sangat dahsyat dan mengagumkan. Ya saya tahu ada banyak sekali pengagum Batman yang juga kecewa atas seri ending ini. Kenapa saya bilang film ini bagus? Saya akan coba memaparkan satu per satu dari sisi yang mudah kita cerna saja.



1. Harvey Dent vs Joker
Sebelum saya nonton film ini, terus terang saja saya cemas dan deg-degan. Terkesan berlebihan ya? Well.. ini bukan yang pertama, hal ini pernah terjadi saat saya menantikan sequel terakhir Matrix-nya Watchowsky bersaudara. Bagi saya ending dari trilogi Matrix itu flop dan di luar harapan saya, entah dengan penonton lain. Kembali ke Batman, hal yang membuat saya gusar adalah di Dark Knight, kemunculan Joker seakan menjadi klimaks dari penampilan seri Batman. Joker sungguh menguasai nyawa penonton selama film berlangsung. Kematian Ledger - sang Joker,  jelas mematikan ide Nolan untuk memunculkannya lagi di sekuel TDKR ini. Lantas ide cerita apa yang sekiranya mampu dihadirkan Nolan di TDKR ini? Jawabnya : Harvey Dent!
Kenapa Harvey Dent?? Sinting!!! Saya salut sama Nolan bersaudara. Sejak awal.. ya awal sekali, penonton secara bawah sadar sudah "ditanam" tentang... Harvey Dent! Bahwa kemudian latar belakang dari segelontor cerita sepanjang film ini adalah sebab dari akibat Harvey Dent. Hingga bagian akhir film pun, Harvey Dent masih disinggung Bane sebagai sosok kepahlawanan palsu. Dengan memunculkan ide Harvey Dent sejak awal, tanpa terasa penonton jadi lupa akan hebatnya Joker di seri sebelumnya. Saya yakin ini adalah harapan Nolan supaya penonton tidak terjebak pada ide lama, ide Joker! Bagaimana pun pamor Joker sudah sangat kuat, belum lagi setelah kematian Ledger. Rasanya semua orang sepakat bahwa Ledger berhasil menampilkan sosok Joker yang ideal. Tugas Nolan bersaudara lah yang musti menggiring perhatian penonton dari Joker.. saya merasa mereka berhasil.


2. Anti-tesis Super Hero
Sejak Batman Begins, Nolan selalu menyuguhkan film ini bukan seperti film yang base on comic, yang muncul sebagai "eye candy" penggemar komik. Nolan justru menjadikan film ini sebagai sebuah kisah gelap yang kebetulan saja tokohnya musti bertopeng dan gagah seperti super hero. Belum lagi cara Nolan menampilkan sosok anti-hero yang sebetulnya bukan penjahat seperti CatWoman. Dia bukan penjahat Batman, dia hanya pencuri. Di kisah sebelumnya, Harvey Dent yang muncul sebagai anti-hero, ia seorang jaksa. Gilanya lagi, penampilan Bane justru meng-obrak-abrik arti sebuah "kepahlawanan" yang mana di TDKR ini menjadi sangat ambigu. Apa itu kepahlawanan? Siapa yang musti atau layak disebut pahlawan? Bane mencoba mengembalikan Gotham pada sebuah sistem demokrasi yang sesungguhnya kepada rakyat dari tangan kapitalis dan koruptor, apa Bane yang mustinya disebut pahlawan?
Sekali lagi Nolan bersaudara mengacak-acak konsep kepahlawanan di TDKR ini. Penonton terasa terjebak pada persepsi-persepsi film super hero yang selalu dan sama dalam ide dan cara menampilkan arti super hero dan jiwa kepahlawanannya. Nolan nampaknya tidak selera dengan ide itu maka dibuat gamanglah kita semua selama menonton film ini. Kemunculan Batman sejak absen di Gotham secara gamblang terlihat di awal film sebagai seorang buronan. Gotham sudah punya pahlawan, ia adalah Harvey Dent, dan Batman adalah sosok kriminal yang diburu.
Ide anti-tesis dari kepahlawanan ini rasa-rasanya menjadi benang merah cerita TDKR ini. Selain mengangkat Harvey Dent, Alfred pun ditampilkan Nolan sebagai sosok yang anti-superhero atas Master Wayne. Alfred sudah lelah dan makin mengkhawatirkan kondisi tuannya yang makin rapuh, baik fisik maupun mental. Alfred masih berfikir bahwa "rontok"-nya Bruce Wayne diakibatkan hatinya yang ambruk sejak kematian kekasihnya Rachel. Jika saja Bruce Wayne memaksakan turun kembali menjadi Batman, Alfred khawatir hal tersebut dilandasi dendam atas Rachel, bukan tulus memberantas kejahatan untuk warga Gotham. Perseteruan konsep kepahlawanan antara Alfred dan Master Wayne saya rasa sengaja dibangun Nolan guna memperkuat gagasan anti-hero tadi.

3. Pesan atau Pesanan Amerika?
Seingat saya, film Batman tidak pernah menjual ke-Amerika-an begitu kuat seperti di TDKR ini. Lagu kebangsaan dan bendera Amerika gamblang dan jelas muncul. Ada apa ya? Jujur saja saya tidak tahu dan sangat menarik untuk dicari tahu. Ada semacam kritik Nolan terhadap krisis ekonomi Amerika? Bagaimana Bane dengan sinis menyingung dan merombak pasar saham dengan kasar. Bagaimana seorang kepala pasar saham musti menjelaskan korelasi pasar uang dan uang warga pada polisi yang merasa uang tabungannya aman karena disimpan di bawah kasur. Sebuah kritik atas kapitalisme?
Perhatikan bagaimana cara Nolan menggambarkan pemberontakan atas nama rakyat Gotham? Penjara adalah pilihan pertama sebagai sebuah simbol pemberontakan, sangat mirip dengan pembobolan penjara Bastille pada revolusi Perancis. Perhatikan bagaimana semiotika pemberontakan atas gaya borjuis yang diporak-porandakan di tepi jalan? Yang lebih gamblang adalah bagaimana cara Bane musti menghukum ketiga polisi elit dengan cara menghukum gantung di depan publik Gotham, sangat mirip dengan simbol revolusi Perancis. Semotioka bentuk pengadilan publik? Posisi warga di tribun kiri dan kanan? Terakhir adalah cara perang a la gladiator, dimana di satu sisi polisi digambarkan sebagai penegak hukum berseragam melawan para pemberontak tanpa seragam bentrok dan aduk fisik gaya jalanan. Sangat terpampang dengan gamblangnya, tapi entahlah..

4. Epilog
Nolan sudah berkomitmen bahwa TDKR adalah sekuel akhir dari trilogi Dark Knight. Maka ada pe-er bagi Nolan bersaudara untuk menyudahi kisah Batman dan segala perseteruannya dengan cara yang paling wajar dan indah. Bagi saya jawaban atas pe-er itu terjawab dengan baik oleh Nolan yaitu pada bagian dimana Alfred ingin sekali melihat tuanya itu hidup normal sebagai warga manusia biasa saja dan punya pasangan yang dicintai. Harapan Alfred muncul di segmen awal film dan terjawab di segmen akhir film di sebuah kafe. Naif? OK lah.. tapi untuk durasi film dengan banyak titipan pesan, bagi saya Nolan berhasil menyisipkan pesan itu dengan baik.
Selain itu, Nolan pun musti menyudahi kisah kepahlawanan Batman dengan wajar, yak.. itu dijawab dengan mudah oleh Nolan dengan "mematikan" Batman atas sepengetahuan warga Gotham di segmen terakhir. Batman sudah lenyap dan menjadi legenda, kemudian Bruce Wayne bisa kembali menjadi manusia biasa saja. Tidak heran jika ada tagline "The Legend Ends". Sangat terasa bahwa ending dari TDKR ini sudah selesai. Penonton diberikan "bonus track" dengan menampilkan Blake sebagai Robin.
Kembali kepada reaksi dan respon penonton yang mencernah dan menerima film ini? Saya percaya semua punya cita rasa dan harapan yang berbeda-beda. Kajian saya ini hanya berdasarkan selera dan cara pandang saya pada sebuah karya Nolan yang film-nya selalu dipuji komunitas film Rotten Tomatoes. Nolan punya cara dan persepsi sendiri atas ketokohan Batman dan cerita-ceritanya. Nolan berhasil mengejewantahkan konsep dan gagasan atas Batman ke dalam sebuah film yang sangat jelas memberikan makna dan rasa yang berbeda atas film-film Batman sebelumnya. Itulah hebatnya seorang sutradara dan penulis film sekaligus.

Source

2 comments :

  1. gw kira semua tulisannya buah pikiran lo ton,,, gw takjub isi tulisannya yang begitu (menurut gw) "luar biasa" sudut pandangnya. atau emang bener2 lo lagi yang nulis?? mantap dah....

    Tapi bener-bener nice article yang wajib dipajang di site or blog pribadi hehehe

    ReplyDelete
  2. isinya sih sama yang ada di pikiran gw don.. (--,)

    ReplyDelete