Dikutip dari pertamax7.com, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui ketuanya
yakni Messi, Jumat (23/1/2015 )
menyatakan dugaan kartel dilakukan dua penguasa pasar berdasarkan harga jual
yang kelewat tinggi untuk kelas matic dan bebek menurut KKPU, berikut
penuturannya dalam point:
- Penyelidikan awal atas dugaan kartel harga sepeda motor underbone (bebek) dan skuter matik (skutik) ini atas inisiatif KPPU sendiri karena melihat harga sepeda motor sangat mahal. Padahal, sepeda motor merupakan alat transportasi yang banyak dipakai masyarakat,
- KPPU mendapati biaya produksi motor bebek dan skutik rata-rata hanya Rp 7,5 juta hingga Rp 8 juta per unit. ”Nyatanya, produsen menjual dengan kisaran harga di atas Rp 15 juta per unit,
- Sepantasnya harga motor bebek dan skutik tidak lebih dari Rp 12 juta per unit. ”Tidak sampai dua kali lipat seperti sekarang ini,”
- Nawir ( ketua KKPYU ) ada dua kemungkinan yang membuat harga motor bebek dan skutik mahal. (1) Pertama, produsen terlalu banyak mengambil keuntungan. (2) Kedua, terjadi kesepakatan antarprodusen untuk tidak menurunkan harga produknya.
- KPPU, ungkap Nawir, telah memiliki bukti yang cukup kuat atas dugaan kartel yang dilakukan produsen sepeda motor. Setidaknya dua penguasa pasar motor di tanah air terlibat dalam kasus tersebut, yakni Honda dan Yamaha. Meski begitu, produsen lain bisa jadi akan ikut diperiksa KPPU.
- Dugaan kartel industri motor disampaikan KPPU usai seusai rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Kamis (22/1) lalu. Kartel melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.“
Gue sih udah menduga hal ini melihat data produksi kedua pabrikan sejak 2013. Ya, gue cukup memperhatikan apa saja yang diproduksi sejak 2013. Terlepas dari yang menjadi perhatian KPPU, yang lebih melihat penjualan pada segmen matic dan bebek, kalau gue memperhatikan semua produknya. Berikut catatan gue yang bisa menjadi faktor kenapa kedua pabrikan tetap meraup untung:
1. Pernah gak sih ngerasa dan banyak juga yang bilang bahwa motor zaman sekarang gak bandel kayak zaman dulu. Padahal modelnya mirip-mirip aja. Gue sih curiga bahan-bahannya sekarang dibuat dengan kualitas yang di bawah dibanding produk zaman dulu.
2. Kedua pabrikan memanfaatkan blogger untuk prodmosi produk. Hal ini membuat biaya promosi lebih rendah. Selain itu, psywar yang seakan-akan Honda dan Yamaha itu bermusuhan banyak bermunculan di blog seperti Mio mirip Beat atau pun model honda yang kaku. Padahal kemiripan desain mungkin disengaja, karena bisa menyebabkan banyak yang membicarakan dan terus dibicarakan.
3. Strategi dengan iming-iming produk baru yang lebih berkualitas. Ya ini strategi dari Honda dan Yamaha, dan gue perhatikan tidak dilakukan oleh pabrikan lain semacam Suzuki atau Kawasaki. Sejak 2013, banyak produk baru yang bermunculan dan menghilangkan produk lama.
Menurut gue, faktor inilah yang membuat kedua pabrikan meraup untung tinggi. Bahkan blogger-blogger pun sudah mencatat produk yang akan keluar di 2015 sangat banyak dari Honda dan Yamaha, dan kebanyakan produk baru bukan sekedar ganti stripping atau minor change. Kalau diperhatikan lebih detail maka akan terlihat produk baru tersebut tidak lebih baik dari produk sebelumnya bahkan mungkin saja biaya produksinya lebih rendah. Kedua pabrikan memasang harga jual yang lebih tinggi dibanding sebelumnya dengan "asumsi" bahwa masyarakat akan mau membeli karena diimingi produk, desain dan teknologi baru.
Sebagai contoh yang paling update Yamaha mengeluarkan Mio M3 mesin 125cc dengan harga senilai matic 110 cc. Kan aneh, jadinya kecurigaan spare part kualitas rendah jelas terlihat. Terus honda juga ngeluarin honda vario 150 cc, harga 20jtan. Mesin 150cc kebanyakan buat motorsport, jelas harganya tinggi dan sparepart yang mumpuni mengingat mesin yang membuat motor jadi ngebut. Namun, vario 150 ini cuma naik 1dk dari versi 125cc, trus harga naik 2 juta.
Terlepas benar atau tidak kartel di penjualan sepeda motor, tapi memang konsumen jelas dirugikan dengan harga yang tinggi tapi kualitas tidak sesuai. Kedua pabrikan memanfaatkan semakin banyaknya masyarakat kelas menengah, sehingga harga dinaikkan pun menjadi tidak masalah dan tetap banyak yang beli, tanpa sadar harga yang didapat tidak sesuai dengan kualitas produk.
Jelas masalahnya ada di pajak, seharusnya memang pajak dimahalkan, ini jadi polemik karena semakin tahun pertumbuhan masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor semakin bertambah dan jelas membuat masalah baru yaotu polusi yang semakin tidak terkendali
ReplyDeletesepertinya pajak tidak menyelesaikan masalah ini. ini menyangkut daya beli yang memang masih rendah. smentara pabrikan ingin tetap penjualan tinggi, makanya produknya berkualitas rendah.
Delete