Sterilisasi Busway Tidak Efektif

Leave a Comment
Bulan desember 2013 sedang digalakkan program sterilisasi busway. Busway itu sendiri merupakan jalur sendiri di pinggir jalan raya sehingga bus Trans Jakarta dapat melewati jalan raya tanpa terhalang kendaraan lain. Kegiatan sterilisasi merupakan salah satu program dari Gubernur DKI Jakarta sebagai salah satu langkah mengatasi kemacetan yang sudah semakin sulit diatasi. Program ini dengan menyingkirkan setiap kendaraan selain Trans Jakarta untuk lewat busway. Bahkan, sudah disiapkan denda yang sangat besar bagi kendaraan yang masuk busway. Sebagai catatan busnya namanya Bus Trans Jakarta yah, masih banyak yang nyebut busnya sebagai busway. Ingat, busway itu jalurnya bukan busnya.

Dengan adanya sterilisasi busway dari kendaraan lain selain Trans Jakarta, diharapkan bus ini dapat beroperasi dengan lancar dan selanjutnya diharapkan masyarakat yang memakai kendaraan pribadi dapat menggunakan bus Trans Jakarta sebagai pilihan transportasi utama karena melihat busway lebih lancar dibandingkan jalur di luar busway. Namun, terlihat sekali banyak faktor yang menyebabkan sterilisasi ini terlihat "gagal" seperti misalnya:
  1. Kondisi jalan yang buruk. Entah harusnya pake bahan yang kualitas apa untuk busway. Tapi yang pasti yang sekarang digunakan sangatlah jelek dan gampang rusak. Harus pake aspal kualitas original kali yah atau apalah gak ngerti gue. Jalan yang rusak bisa menyebabkan bus gampang rusak dan perjalanan menjadi terganggu.
  2. Jalur busway tidak benar-benar terpisah dengan jalur kendaraan lain. Tidak seperti jalur kereta yang jalurnya tidak bisa diganggu ketika ada kendaraan lewat, busway sering terganggu dengan jalur-jalur dipersimpangan yang tidak ada separator buswaynya. Perjalanan busway menjadi terganggu.
  3. Pelanggaran peraturan lalu lintas masih terlalu sering. Tidak adanya tindakan tegas bagi para pelanggar lalu lintas sebenarnya menjadi semakin krusial dengan meningkatnya jumlah kendaraan. Pada prinsipnya, sterilisasi busway merupakan salah satu bentuk penegakkan peraturan lalu lintas yaitu adanya tanda dilarang masuk (forbidden atau perboden bahasa gaulnya) di setiap jalur busway. Artinya, secara mendasar tidak perlu adanya sterilisasi busway tapi lebih ke penegakkan peraturan lalu lintas secara menyeluruh tanpa pandang bulu apalagi bulu ketiak. Kalau seandainya dilaksanakan sterilisasi busway tapi peraturan lain tidak ditegakkan akan menjadi percuma. Walau busway sudah steril, tapi angkot bebas ngetem dimana saja, lampu merah sering dilanggar, banyak kendaraan berhenti pada marka dilarang berhenti, motor dengan bebas melawan arus, banyaknya parkiran mobil di tempat marka dilarang parkir, dan lain-lain. Sama aja kan. Gue rasa, asal mau rajin menegakkan peraturan, macet bisa dikurangi, paling gak kalau pun macet karena ada hal yang di luar kendali seperti banjir atau kecelakaan, jalanan terlihat rapi. Toh, dengan penegakkan yang tegas, gue rasa masyarakat dengan sendirinya akan terbentuk rasa disiplin di tiap individu walau awalnya dengan perasaan terpaksa. Kalau rasa disiplin ini tidak dipaksaan dari sekarang, mau kapan gak macetnya.
  4. Produksi kendaraan pribadi yang tidak ada batasnya. Ini menjadi masalah terbesar sepertinya. Produksi meningkat dengan target penjualan yang gila-gilaan, membuat jumlah kendaraan tidak terkendali. Paling gak harusnya ada kontrol dari pemerintah. Harus dibuat agar harga kendaraan menjadi tidak terjangkau masyarakat kebanyakan seperti Singapura. Bukannya malah produksi kendaraan murah. Kalau tidak ada yang beli kendaraan, secara otomatis produksi juga akan tertahan.
  5. Tidak adanya pengumpan dari rumah ke Trans Jakarta. Pemerintah sudah menyediakan APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway) yang menyentuh kota-kota penyangga Jakarta seperti Bekasi, Bogor, dan Tangerang. Namun, selayaknya Trans Jakarta, APTB juga punya jalur tertentu yang kebanyakan merupakan jalan besar. Bagaimana jika seseorang tinggal di perumahan yang bahkan angkot pun tidak ada. Kalau pun ada angkot, perjalanan yang hampir selalu lebih lama dengan angkot dibanding kendaraan pribadi, membuat banyak yang malas menggunakan angkot (banyak ngetem, dll). Intinya pengumpan ke Trans Jakarta/APTB jelas sangat penting, mengingat tidak semua perumahan dilewati Trans Jakarta/APTB. Entah ada angkutan khusus baru atau penyediaan parkir di dekat halte Trans Jakarta/APTB seperti di stasiun (tapi harus layak).
  6. Bus yang tidak layak. Gue gak ngerti apakah perawatan Trans Jakarta harus sangat intensif seperti apa atau berapa tahun sekali bus harus diganti. Namun, jelas sekali banyak bus Trans Jakarta yang sangat tidak layak membuat sebagian masyarakat menjadi khawatir untuk naek bus Trans Jakarta. Apalagi sudah mulai banyak kejadian kecelakaan melibatkan bus Trans Jakarta atau pun bus yang mogok sampai meledak di tengah perjalanan.
Terlepas dari permasalahan yang ada, namanya juga mencoba mengatasi kemacetan ya patut dihargai untuk investasi yang sudah dikeluarkan. Karena dulu Fauzi Bowo membawa Trans Jakarta dengan meniru dari kota Bogota, yang dari kondisi macet menjadi tidak macet dengan adanya busway. Namun, perlu diperhatikan banyak hal jelas berbeda budaya dan kondisi di dua kota dengan negara berbeda, apalagi berbeda benua. Memang harus diperhatikan bagaimana perilaku masyarakat, kondisi sosial ekonomi, dan lain-lain.

0 comments :

Post a Comment