Lebih Enak Mana Swasta atau BUMN

8 comments
Yang dibahas di sini di luar PNS dan pegawai pemerintah lainnya (seperti BI, KPK, LPS, OJK, dll). Soalnya mereka beda sendiri dan kebanyakan seluruh rakyat bisa mengetahui dengan mudah. Kalau bicara masalah bekerja (di luar wirausahawan ya) setiap lulusan, biasanya sarjana, dipusingkan dengan masalah yang lebih rumit daripada hanya sekedar skripsi yaitu mau kerja apa gue. Bagi sebagian orang memilih pekerjaan yang sesuai dengan diri sendiri memang sangat tidak mudah. Biasanya muncul dilema mau bekerja sesuai jurusan atau apa saja yang penting bisa kerja. Tapi percayalah, pekerjaan yang sesuai jurusan disertai minat dan bakat akan lebih menyenangkan.

Ada salah satu persoalan yang bagi para lulusan sarjana ketika ingin bekerja di suatu perusahaan, lebih baik kerja di perusahaan swasta atau BUMN sebenarnya? Tetep sih susah milihnya, apalagi harus disesuaikan dengan kepribadian. Masalah utama sebenarnya adalah kita tidak bisa menyatakan mana yang lebih baik jika tidak mencoba semua kemungkinan pilihan. Nah, kalau mau mencoba semua pilihan juga gak gampang. Kalau kerja pindah-pindah terus kan gak enak. Misal udah di BUMN terus pindah nyoba di swasta (biar nyoba kemungkinan yang lain), eh ternyata hasilnya BUMN lebih enak (mau pindah lagi agak susah), belum lagi swasta ada banyak, masa iya dicobain satu-satu.

Gambarannya kira-kira adalah begini. BUMN merupakan perusahaan yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh pemerintah. Secara lingkungan lebih mirip di pemerintahan (read: PNS). Birokrasi sangat kental di perusahaan BUMN. Gak heran kalau banyak BUMN terlihat bergerak lebih lambat dalam melakukan inovasi atau ekspansi. Dengan lingkungan birokrasi seperti ini jelas membuat lingkungan menjadi Indonesia banget, sangat nyaman. Banyak yang bilang posisi kalau sudah masuk BUMN itu aman, susah dipecatnya. Udah gitu dengan profit yang menjadi tujuan dari suatu perusahaan, membuat gaji pegawai BUMN lebih dari PNS (laba tinggi, bonus tinggi). Dengan posisi yang aman dan gaji yang mumpuni membuat banyak lulusan yang sangat berminat masuk BUMN. Hal ini membuat semakin sulitnya masuk ke perusahaan BUMN. Perlu effort yang cukup besar untuk masuk BUMN.

Lain halnya dengan swasta. Dengan tuntutan harus meraih profit setinggi-tingginya dan merebut pasar yang luas, apalagi pasar banyakk dikuasai BUMN yang jelas dukungan modal sangat tinggi, tentu membuat lingkungan swasta sangat berbeda dengan pemerintahan/BUMN. Hal ini yang banyak dihindari pekerja, banyak yang sangat tidak suka denga pressure tinggi. Dengan effort kerja yang tinggi belum tentu menghasilkan gaji yang tinggi, karena prestasi kerja sangat dilihat di swasta. Namun, jika kita menunjukkan prestasi yang baik, hasil yang didapat akan sangat memuaskan. Simpelnya birokrasi di swasta membuat segala proses di swasta pun lebih cepat termasuk dalam kenaikan level dan jabatan karyawan. Hal inilah yang banyak diincar para peminat swasta, kenaikan jabatan yang jauh lebih cepat sehingga peningkatan penghasilan pun jadi jauh lebih cepat.

Bagaimana pun pemilihan swasta atau BUMN harus disesuaikan dengan kepribadian masing-masing. Jangan sampai salah pilih. Karena akan sangat berpengaruh dalam proses penggalian potensi dalam pribadi. Jika memang tidak bisa dalam kondisi tekanan tingkat tinggi sebaiknya memang berada di lingkungan BUMN. Tapi, jika memang bisa berada dalam tekanan yang tinggi lebih baik berada di lingkungan swasta, karena akan lebih optimal, mengingat swasta sangat memperhatikan prestasi kinerja karyawan. Setiap pilihan pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kita tidak bisa menentukan mana yang terbaik, karena semua pilihan adalah yang terbaik bila dikerjakan dengan baik. Bila menginginkan kondisi sempurna yaitu harus memilih pilihan yang berbeda di waktu yang sama (gak mungkin lah).

Tentunya semua hal tersebut merupakan hal yang gue lihat dalam satu dekade terakhir, selama proses gue pencarian lapangan pekerjaan. Bisa saja hal ini tidak terjadi dalam masa yang akan datang atau pun di luar negeri sana.

8 comments :

  1. Terima kasih mas atas penjelasannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah kalau jelas.. gue sendiri bingung bacanya.. :))

      Delete
  2. postingannya bagus mas, apalagi buat mahasiswa tingkat akhir kayak saya :D

    ReplyDelete
  3. bagusnya coba kerja di swasta trus pindah ke bumn (pnglaman pribadi),, akhirnya prefer ke bumn .. jgn sbaliknya

    ReplyDelete
  4. Swasta bagus, tpi lebih bagus bumn (lebih menjamin).. sudah sya coba

    ReplyDelete
  5. Silakan masuk BUMN, asal kuat sama birokrasi (yang mana buat sebagian orang, adalah bullshit). Di BUMN maupun BUMD karyawannya harus ngerti prosedur. Mereka bekerja based on SOP. Segala hal harus tertrulis, harus ada dokumennya. Segala perintah harus menggunakan disposisi tertulis. Selain itu, pekerjaan ini beresiko karena bagian-bagian tertentu seperti pengadaan barang dan jasa rentan dibawa ke meja hijau. Proses harus serapi dan setertata mungkin agar tidak menjadi temuan audit.
    Idealisme juga bisa menjadi korban. Kadang-kadang proyek tertentu dijadikan alat untuk membayar political cost. Dalam kasus-kasus seperti ini ya karyawan juga yang harus 'mengamankan' proses pengadaannya. Bekerja di BUMN/BUMD itu harus siap mengorbankan idealisme karena di dalamnya terlalu banyak kepentingan. Gaji/tunjangan besar, tapi konsekuensinya, selain idealisme akan sering tergasak, adalah kita harus bekerja dengan rapi dan terstruktur karena semua proyeknya rentan audit. Bekerja di BUMN/BUMD tidak sesederhana bicara target, tapi juga prosedur. And God knows how complicated and draining it can be.
    Yang orang katakan mengenai BUMN yang menjamin dan tunjangannya besar memang betul. Apalagi jika sudah pegawai tetap. Saya pernah bekerja di keduanya, baik swasta maupun BUMN. Posisi saya sekarang di sudah pegawai tetap di BUMN, namun saya sedang mempertimbangkan untuk resign dan kembali ke swasta. Dinamika di BUMN yang terlalu kaku dan prosedural bagi orang-orang pengejar target memang kurang ideal, apalagi di dalamnya terlalu banyak kepentingan. Jadinya perang batin terus-terusan.
    Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan, ya. Agar tidak salah pilih jalan.
    Good luck!

    ReplyDelete
  6. Lebih enk punya perusahaan sendiri, kalo tuhan mengijinkan (bermimpi) hihihi

    ReplyDelete