Tekanan Yang Membuat Berpikir Lebih Cemerlang Dari Biasanya

2 comments
Kejadian berlangsung saat gue masih SMP kelas 3 tahun 2003 (dulu masih 1,2,3 belum 7,8,9 kayak sekarang). Gue sekolah di sekolah paling favorit saat itu. Semua murid lulusan SD mana pun di Lampung banyak yang ingin masuk sana. SMP Negeri itu bernama SMP Negeri 2 Bandar Lampung yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Pahoman. Walaupun bangunan sekolah (saat itu) sangat kecil, tapi prestasi sekolah ini sudah terkenal di Indonesia. Saking kecilnya bangunan sekolah, jam sekolah harus dibagi ke dalam dua shift, shift pagi dan shift siang.

Di masa-masa terakhir di sekolah ini atau masa kelas 3, ada kompetisi yang melibatkan seluruh siswa kelas 3 saat itu. Kompetisi yang melibatkan seluruh SMP di Bandar Lampung ini bernama Kompetisi Kompetensi Matematika (KKM). Tempatnya di SMP 16 Bandar Lampung. Seluruh siswa kelas 3 di SMP Negeri 2 Bandar Lampung wajib mengikuti seleksi untuk mewakili sekolah di perlombaan tersebut. Mungkin pihak sekolah berpikiran sekalian untuk latihan ujian akhir matematika. Layaknya ujian akhir pada umumnya, hari itu sekolah di-book untuk proses seleksi, murid kelas 1 dan kelas 2 pun diliburkan (kayaknya sih, lupa-lupa pikun gue). Waktu itu sih gue gak kepikiran apa-apa, soalnya cuma dikira seleksi buat suatu kompetisi, gak ada motivasi apa pun secara murid top semua di SD masing-masing dengan rataan nilai ujian akhir waktu SD 9 :O. Proses seleksi gue anggep seperti ujian harian biasa, tanpa beban, belajar juga cuma yang diajarin guru aja. Bahkan gue ama eko (temen sebangku gue) sempet contek-contekan pas seleksi (piss).


Dari proses seleksi tersebut hanya diambil 6 orang yang dijadiin wakil buat SMP Negeri 2 di perlombaan tersebut. Pengumuman nilai yang telah disortir berdasarkan nilai dipampang di mading sekolah. Dan ternyata tak disangka gue masuk donk ke dalam 6 orang tersebut \(^ ^)/. Si eko pun menyesal tidak mencontek seluruh jawaban gue, karena dia cuma nyontek sebagian. Ngapain juga sih nyontek, cuma seleksi doank. 6 orang tersebut dikumpulkan di perpustakaan. Ternyata 5 orang berasal dari kelas gue saat itu, 3A dan satu orang dari 3F dimana satu orang itu satu-satunya wanita yang lolos. Hidup lelaki!

Guru gue bernama pak Fauzan sebagai pembimbing lomba kami. Beliau sedikit menjelaskan tentang perlombaan dimana lomba dibagi dua kategori, satu kategori individu dan satu kategori tim/kelompok yang terdiri dari 4 orang. Berdasarkan insting guru gue, gue dan cewe tersebut yang namanya Amrina termasuk ke dalam kategori individu sedangkan 4 lainnya tergabung di kategori kelompok. Tidak ada persiapan spesial yang diberikan oleh guru gue karena beliau optimis ama murid-murid yang lolos. Kata beliau sih, memang 6 orang ini yang terbaik di Matematika.

Perlombaan dibagi menjadi 2 hari, hari pertama seleksi awal atau lebih keren disebut babak penyisihan. Semua murid yang telah lolos dari berbagai SMP di Bandar Lampung baik swasta ataupun negeri mengikuti babak penyisihan. Pada babak ini, baik kategori individu atau pun kelompok mengerjakan soal yang sama secara individual. Untuk yang kelompok, nilai masing-masing individu akan digabungkan dan akan dibandingkan dengan kelompok lain sedangkan yang individu bersaing secara pribadi. Tim dari SMP N 2 lolos semua di babak ini. Feeling guru gue mengenai tim yang terbentuk memang benar. Kami lolos dengan 'mudah'. Walaupun bukan peringkat teratas di nilai penyisihan tapi kami puas.

Hari kedua telah tiba. Tidak ada perasaan apa pun di hari kedua. Kami menyiapkan diri masing-masing sesuai instruksi guru. Yang individu masih ada 2 babak lagi, semifinal dan final. Sementar untuk yang kelompok sudah langsung masuk final. Kejadian aneh sebenarnya terjadi sesampainya di tempat perlombaan. Kami menunggu di parkiran mobil sambil ngobrol dan bercanda, gak belajar. Menunggu untuk babak semifinal kategori individu. Ntah berapa lama kita mengobrol, guru kami mendatangi kami dengan tergesa-gesa. "Babak semifinal udah mulai setengah jam, kenapa kalian masih di sini", kata guru gue. Gue panik, Amrina panik, kucing-kucing sekitar juga kayaknya pada panik. Kami langsung menuju kelas tempat babak semifinal. Waktu perlombaan ada satu jam, dan kami sudah telat 30 menit. Jumlah soal ada 30. Artinya 1 soal 1 menit, soal lomba loh, semifinal, matematika, hening..

Gue gak mau pasrah duluan, karena masih ada 30 menit. Gue cuma berusaha sebaik mungkin. Mungkin guru gue udah pesimis. Hari pertama aja yang ikut dari awal gak bisa dapet nilai teratas. Sementara semifinal hanya diambil 10 orang untuk masuk ke final. Gue berusaha gak panik pas ngerjain soal, tapi kayaknya kucing-kucing masih pada panik, belum ada yang bisa dijadiin makanan. 30 menit berakhir dengan penuh ketegangan di tim SMP N 2. Gue sendiri udah berusaha sebaik mungkin dan bisa mengerjakan seluruh soal, walaupun gak terlalu optimis. Karena inget jagoan-jagoan dari SMP swasta yang menduduki ranking teratas di babak penyisihan. Soal boleh dibawa oleh para murid. Sambil menunggu pengumuman babak semifinal ini kami beserta tim kelompok dibimbing guru ke dalam suatu ruangan buat menenangkan. Amrina kelihatan lebih panik dari gue. Guru gue berusaha membuat muridnya tenang. Kami bahaslah soal yang ada, untuk mengecek berapa yang bener dan masih adakah kans untuk ke final, sekalian buat validasi jika juri melakukan kesalahan. Dibahaslah satu per satu soal. Di akhir, Amrina makin pesimis sepertinya dia banyak melakukan kesalahan. Sementara gue berusaha meyakinkan guru gue bahwa gue cuma salah satu soal. Pas gue bilang cuma salah satu, temen gue yang lain malah heran. Koq bisa. Gue juga heran.


2 comments :

  1. kok ceritanya ga selesai ya ini?:D
    salam kenal, blogger dari lampung juga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. @mbak ney: hehe.. emang sengaja.. kelanjutannya belum dibikin.

      Delete