Antrian vs Matematika

Leave a Comment
Beberapa waktu yang lalu, seorang teman sempat menshare mengenai hal ini. Hanya saja karena sudah cukup lama dan tidak diarsipkan, mungkin terdapat ketidaksamaan dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya. Namun, gue merasa perlu mencatat hal ini agar tidak hilang.

Tadinya pengen nulis judulnya Disiplin vs Matematika, tapi ternyata setelah didalami secara lebih dalam daripada palung di samudera pasifik, hanya disiplin sangat tidak cocok untuk menggambarkan bagaimana antrian itu perlu menjadi habit.
Di negeri yang maju dan sangat terkenal disiplin seperti Jepang sangat mengargai antrian. Menurut mereka antrian itu jauh lebih penting diajarkan dibandingkan dengan matematika. Karena dalam antrian, banyak hal yang penting yang bisa diperoleh dan sangat susah untuk diajarkan. Negara-negara maju sangat memperhatikan proses antrian dalam sehari-hari. Bagi mereka pelajaran antrian harus ditanamkan dalam setiap individu dari kecil sampai minimal 12 tahun selama hidupnya. Artinya ketika setiap individu mengenyam ilmu antrian selama 12 tahun, maka harapannya ilmu antrian akan melekat dalam individu selamanya. Sebegitu pentingnya antrian, sampai setiap individu harus punya ilmu itu.

Jadi ternyata oh ternyata antrian itu terlihat dalam kehidupan nyata ketika bumi semakin sesak oleh banyaknya penduduk yang semakin bertumbuh setiap harinya. Lihat bagaimana Indonesia 'berantakan' dengan sesaknya penduduk ini. Indonesia terlihat semakin tertinggal dibanding negara-negara maju lain, padahal seluruh dunia pun tahu bahwa potensi Indonesia menjadi negara maju itu sangat besar.

Banyak banget manfaat ilmu antrian dalam kehidupan sehari-hari, contohnya ni ya dalam antrian tiket kereta:
  1. Disiplin waktu. Jelas banget ini. Apalagi kalau udah jam-jam kerja. Kalau memang ilmu antrian diterapkan maka udah jelas setiap individu sudah hapal dan tau antrian sangat panjang. Setiap individu sudah harus mengukur waktu selama antrian sehingga dapat memperkirakan jam berapa berangkat dari rumah.
  2. Sabar. Ini yang paling kentara banget keliatan di kehidupan sehari-hari gue. Banyak banget di sekitar gue yang gak sabaran. Ilmu antrian itu jelas banget harus sabar menanti gilirannya dalam memperoleh tiket. Secara uang ataupun barang mungkin tidak ada yang dirugikan ketika anda menyerobot antrian. Tapi efeknya adalah dalam keseharian lainnya, anda juga tidak akan sabaran, mengabaikan kepentingan orang lain demi kepentingan pribadi.
  3. Kreatif. Kreatif disini bukan artinya berkreasi agar menyerobot antrian, tapi lebih kepada bagaimana memanfaatkan waktu yang terbuang ketika mengantri menunggu giliran. Jadi, kita tetep produktif selama menunggu. Tentunya antrian yang panjang biasanya memang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang, setiap hari, seperti membeli tiket kereta. So, sudah pasti kita sudah tahu kita harus antri dan kita bisa mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk mengisi waktu selama ngantri. Bisa membaca buku, mendengarkan musik, atau browsing internet.
  4. Menghargai orang lain. Yang harus ditanamkan itu adalah penerapan bagaimana mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Bukan hanya sekedar teori dalam buku terus jawabannnya gampang ditebak mana yang benar ketika ujian.

Ya itu sih sekilas dari gue aja manfaatnya. Mungkin masih banyak manfaat lain yang bisa ditambahin. Sedih aja gitu ketika di Indonesia banyak yang mengabaikan ilmu ini. Contohnya aja pada anak kecil yang akan bermain di taman bermain. Mungkin banyak yang mengalami hal ini ketika kecilnya. Beberapa orang tua justru tidak menyuruh anaknya untuk antri menunggu giliran bermain tapi justru menyuruh anaknya gimana pun caranya agar segera mendapat giliran awal. Bahkan ketika si anak tidak melakukan itu, banyak orang tua yang malah memarahi anaknya. "Gitu aja koq ngalah sih". "Berani sedikit donk". Itu cuma sedikit kata-kata yang biasa dilontarkan agar si anak tidak perlu antri. Sedih.

0 comments :

Post a Comment