Gambar 1. Wilayah
Sulawesi, Maluku dan Papua
Financial technology
sendiri memiliki 4 (empat) bentuk utama:
1. Deposit, Lending,
Capital Raising: bentuk financial
technology yang memudahkan masyarakat dalam melakukan pinjaman. Platform
pinjaman dilakukan secara elektronik dengan verifikasi kelayakan menggunakan
platform (atau menggunakan jasa market
provisioning)
2. Market provisioning:
bentuk financial technology yang
mengumpulkan dan mengolah data menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh
konsumen untuk pengambilann keputusan bisnis atau ekonomi. Perumpaannya bentuk
ini seperti credit analyst yang ada
di bank. Setiap informasi yang diperoleh akan sangat bermanfaat untuk
memverifikasi para pengguna.
3. Investment &
Risk Management: bentuk financial
technology yang mengakomodir para trader. Jadi, bentuk ini merupakan platform online untuk jual beli aset
keuangan seperti foreign exchange,
saham, obligasi, dan aset lainnya, tanpa bantuan broker.
4. Payment, Clearing,
& Settlement: bentuk optimalisasi perangkat mobile guna melakukan transaksi pembayaran seperti pembayaran di
minimarket ataupun pembayaran tagihan rumah tangga (listrik, air, telepon, dan
lain sebagainya).

Wilayah timur Indonesia memang suka telat update teknologi. Pembangunan fiber
optik saja baru sejak 2015 dapat digunakan masyarakat. Apalagi kondisi fiskal
Indonesia terus menerus mengalami defisit, menyebabkan pemerintah harus
berhemat agar kondisi keuangan negara stabil. Per Juni 2016 , defisit fiskal
Indonesia mencapai Rp296,7 triliun atau 2,35% dari produk domestik bruto
nasional. Untungnya sejak pemerintahan Jokowi, pembangunan di wilayah timur
jauh lebih intens dibandingkan sebelumnya. Presiden Jokowi jadi lebih sering
mengunjungi daerah-daerah terpencil di Indonesia sambil memantau perkembangan
pembangunan. Paling tidak dengan ada kunjungan Presiden, pembangunan dapat
terpacu agar penyelesaiannya lebih cepat.
Hadirnya transportasi online
di wilayah timur Indonesia seperti Makassar, Balikpapan atau pun Manado memang
tidak terlepas dari sudah tersedianya fiber optik yang melintasi berbagai kota
di timur Indonesia. Namun, kehadiran fiber optik ini tidak terlepas dari
kendala yang menghantui wilayah ini. Masih terbatasnya pembangunan di wilayah
ini membuat pengetahuan dari masyarakat ataupun pemerintah terhadap daerah ini
juga menjadi terbatas. Karakter wilayah dengan berbagai potensi risiko belum
tereksplor secara rinci. Kejadian terakhir di Papua menunjukkan perancangan
dari setiap pembangunan memang harus mengenal karakter wilayah tersebut agar
jangan sampai menimbulkan risiko yang tinggi. Pada Juni 2016 lalu, jaringan
fiber optik di Jayapura dan sekitarnya putus akibat aktivitas gunung berapi di
bawah laut. Ternyata kejadian ini juga pernah terjadi pada tahun 2015 yang
mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam menggunakan internet yang sudah
terlanjur menjadi kebutuhan sehari-hari.
Sebenarnya kehadiran financial
technology di wilayah timur Indonesia bisa menjadi solusi pengembangan
ekonomi agar lebih inklusif. Dengan tingkat kerapatan penduduk yang rendah
disertai kantor cabang yang terbatas, financial
technology diperlukan bagi masyarakat yang berada jauh dari perkotaan. Financial technology dapat membantu
pembiayaan di daerah terpencil yang kesulitan menuju perbankan yang jauh dari
rumah. Apalagi masyarakat di wilayah ini tentu menginginkan fasilitas yang sama
seperti masyarakat Jawa karena terpengaruh media yang banyak menyebarkan
informasi yang ada di Jawa. Tentu saja ini menjadi pengembangan konsep dari branchless banking yang dicanangkan di
pulau Jawa. Branchles banking yang
tadinya bertujuan efisiensi terhadap biaya kantor cabang yang besar, dapat
menyasar ke arah pengembangan akses keuangan ke daerah terpencil selama
terdapat akses internet yang memadai.
Namun, pengembangan ke arah sana memang penuh dengan tantangan.
Selain fiber optik yang terkadang tidak mencapai daerah yang terpencil,
pengetahuan masyarakat terhadap teknologi juga masih terbatas. Terlebih dengan
fasilitas yang masih terbatas, masyarakat wilayah timur Indonesia memiliki
kualitas sumber daya manusia yang rendah dibandingkan masyarakat di pulau Jawa.
Hal ini menyebabkan potensi-potensi fraud
dapat dengan mudah terjadi seiiring perkembangan teknologi. Di samping
permasalahan infrastruktur dan sumber daya manusia, permalasahan lain dalam
pengembangan financial technology di
wilayah timur Indonesia yaitu minimnya inovasi dan kreativitas. Tidak dapat
dipungkiri berkembangnya teknologi merupakan buah pemikiran dari orang-orang
yang kreatif nan inovatif. Penerapan financial
technology pun memerlukan ide-ide kreatif agar tidak sekedar digunakan
untuk kegiatan konsumtif tapi juga harus dapat bermanfaat untuk meningkatkan
nilai tambah demi kesejahteraan masyarakat.
Manusiawi jika masyarakat wilayah timur ingin memiliki
fasilitas yang sama dengan di pulau Jawa. Toh, presiden yang sekarang punya
perhatian khusus terhadap daerah ini sehingga memunculkan harapan bahwa mereka
dapat memperbaiki perekonomian yang ada saat ini. Mereka ingin menjadi
masyarakat yang modern mampu memperoleh informasi, barang dan jasa secara
cepat. Namun, beberapa hal harus dibenahi sebelum menjadi wilayah yang
benar-benar mampu mengakomodasi semua kebutuhan masyarakatnya. Pertama,
kualitas sumber daya manusia harus diperbaiki. Tidak hanya perbaikan dengan
pembangunan sekolah kejuruan tetapi perbaikan kualitas sejak dini. Perbaikan
struktural mutlak dilakukan secara akhlak, perilaku dan intelegensia agar
menciptakan manusia-manusia yang berperan lebih dalam pembangunan. Kedua,
pembangunan infrastruktur harus secara konsisten dilakukan. Pembangunan
infrastuktur yang memperhatikan karakter wilayahnya dan dirancang tata
ruangnya. Infrastruktur yang dibangun harus direncanakan baik dari segi fungsi
maupun tata letaknya agar jangan sampai hanya membangun tanpa melihat estetika
pembangunan. Ketiga, koordinasi antar instansi pemangku kebijakan harus
terjalin dengan baik. Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Perbankan, Pemerintah
Daerah, dan lainnya harus duduk bersama untuk membuat kebijakan yang sesuai
karakter daerah. Akan sangat berbeda kebijakan yang dibangun antara pulau Jawa
dan wilayah timur Indonesia dimana pada wilayah timur akan banyak ditemui
daerai perbukitan ataupun daerah yang belum dibangun jalan aspal.
Bank Indonesia sendiri merespon berkembangnya financial technology dengan berupaya
membuat berbagai regulasi. Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran,
berupaya agar sistem pembayaran dapat berlangsung secara aman dan nyaman bagi
masyarakat. Hal ini disebabkan financial
technology berpotensi menimbulkan banyak risiko terutama di wilayah timur
Indonesia seperti masalah gagal bayar, likuiditas yang terbatas, gagal
transaksi akibat jaringan internet yang kurang baik, maupun kebobolan sistem
dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Bank Indonesia dapat berperan
dalam perlindungan konsumen dengan memanfaatkan kantor perwakilan yang tersebar
di seluruh provinsi Indonesia. Selain itu, pengembangan sistem pembayaran terus
dilakukan untuk mengakomodasi segala kebutuhan masyarakat baik di daerah
perkotaan atau pun masyarakat di wilayah timur Indonesia agar sistem berjalan
aman, efektif, dan efisien. Bank Indonesia memang tidak dapat sendiri dalam
menjaga keamanan dan kenyamanan sistem pembayaran. Selain dari para pemangku
kebijakan, peran dari masyarakat sendiri diperlukan agar mendapat masukan
pengembangan financial technology
yang semakin baik.
0 comments :
Post a Comment